The next leader is......
Satukan langkah dalam mengakselerasikan dakwah menuju kampus yang madani
Mengawali Desember menyambut akhir tahun 2017, Ldk Simahtuah telah menunaikan salah satu program kerja akhir kepengurusan yaitu MUBES (Musyawarah Besar) yang dilaksanakan selama dua hari sabtu-minggu, 2-3 Desember 2017 bertempat di ruang Aula Biro kampus induk STAIN Gajah Putih Takengon. Kegiatan ini dibuka oleh bapak wakil ketua III yaitu bapak Drs. Halihasimi, MA mewakili bapak ketua STAIN Gajah Putih.
Bermacam rangkaian kegiatan telah selesai dilaksanakan dan terjawab sudah pertanyaan pada postingan sebelumnya "who is the next leader of Simahtuah"?. Setelah selesai melakukan rangkaian acara MUBES, acara ini pada penghujungnya juga merumuskan dan memusyawarahkan ketua baru bagi Ldk Simahtuah untuk periode 2017-2018.
Beberapa kader telah dicalonkan dan langsung dilakukan musyawarah. Detik-detik menegangkan ketika menunggu hasil musyawarah untuk menentukan siapa yang akan meneruskan kepemimpinan estafet dakwah kampus selanjutnya. Rona khas penasaran mulai tampak pada wajah setiap kader yang hadir, ditemani suara gemuruh hujan dan senja yang mulai menampakkan diri.
Dan keputusannya adalah.....
Barakallah wa Innalillah atas diamanahkannya Akhinafillah Romadani, yang pada kepengurusan sebelumnya diamanahkan sebagai sekertaris umum Ldk Simahtuah. Tidak hanya memusyawarahkan ketua umum Ldk, namun juga memusyawarahkan ketua LDJ (lembaga dakwah jurusan) Tarbiyah dan Syarda'. Barakallah wa Innalillah kepada ukhtinafillah Anis Adhia Epitawari sebagai ketua umum Ldj Tarbiyah dan ukhtinafillah Nurul Isra sebagai ketua umum Ldj Syarda'. Semoga antum/antunna yang telah diamanahkan pada bidangnya dapat terus berkontribusi untuk kelangsungan dakwah khususnya di kampus dan sebagai pemimpin, dapat mengayomi jundi-jundiahnya nanti. Aamiin.
Dalam setiap langkah kepengurusan, sudah tentu ada hal-hal yang kadang tidak diharapkan namun justru terjadi. Juga kesalahan dan khilaf, sudah pasti selalu menjadi teman akrab yang menemani manusia. Namun tidak bijak juga jika selalu menggunakan kata "khilaf" sebagai pelindung ketika ada sesuatu yang memang harus diperbaiki. Maka kita semua butuh saudara untuk saling mengingatkan ketika khilaf itu datang. Untuk saling berbagi cerita dan saling memberi solusi. Karena yang perlu kita lakukan adalah berjuang dengan ikhlas, bukan bagaimana agar bisa semakin memajukan LDK, tetapi ingin memajukan dakwah, membangkitkan islam. Setelahnya, biarkan Allah yang memberi pernak-pernik pada perjalanan yang kita tempuh.
Sejatinya berdakwah itu seperti mendaki. Untuk mencapai puncak, dibutuhkan kegigihan dan kerja keras. Maka jadilah pendaki yang siap mengabdi dan berserah diri pada Illahi.
Mengokohkan tekad, meluruskan niat. Di hari ke-3 Desember, penghujung 2017. Di kota Takengon.